Manusia tidak diciptakan untuk hidup sendirian.
Secara alami, manusia ini diturunkan ke bumi untuk hidup perdampingan satu sama lain sebagai makhluk sosial. Disamping pertanggungjawabannya secara vertikal kepada Penciptanya, manusia juga akan dituntut pertanggungjawabannya secara horizontal terhadap manusia lainnya di muka bumi ini.
Untuk bisa berhubungan antara manusia yang satu dengan yang lain, diperlukan alat komunikasi yang kemudian kita kenal dengan BAHASA. Berbagai bahasa telah diciptakan oleh manusia baik yang sifatnya lokal maupun yang sudah dipakai secara luas/internasional. Dengan dikembangkannya teknologi informasi melalui jaringan internet, komunikasi antar manusia dapat terjadi hampir tanpa batas.
Disamping bahasa, setiap manusia juga mempunyai sifat-sifat yang khas yang dibawanya sejak lahir yang akan mempengaruhi bagaimana ia berhubungan dengan manusia lainnya. Belum lagi sifat-sifat yang dibangun secara bersama-sama dalam jangka yang panjang oleh sekelompok manusia yang kemudian menjadi budaya dari kelompok tersebut.
Pada saat seseorang mempunyai minat yang sama atas sesuatu hal, mereka bergabung untuk membentuk suatu kelompok. Setiap orang didalam kelompok ini mempunyai keahlian dan kemampuan masing-masing yang akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam sebuah kelompok terbaik, individu-individu bersama-sama bekerja bahu-membahu satu sama lain, tetapi tetap fokus pada tujuan dan kinerja masing-masing. Apabila anggota dari sebuah kelompok menjadi lebih peduli kepada tercapainya tujuan dan tanggungjawab bersama ketimbang tujuan dan tanggung jawab individu masing-masing, maka kelompok ini akan memenuhi kriteria untuk menjadi sebuah TIM. Sebuah kelompok tidak bisa secara mendadak berubah menjadi sebuah TIM.
Pada awalnya sebuah kelompok mulai mendefinisikan tugas dan menentukan bagaimana menyelesaikannya (FORMING). Dalam tahap ini setiap orang mulai mencari-cari bagaimana cara berhubungan satu sama lain. Bayangkan apabila anda adalah salah seorang anggota dari suatu kelompok. Anda akan mulai memperhatikan siapa saja orang-orang yang ada di kelompok tersebut. Apakah anda sudah sangat mengenalnya atau bahkan anda baru pertama kali bertemu dengan orang tersebut. Untuk yang anda sudah sangat mengenalnya, tentunya anda sudah mengetahui apakah orang tersebut adalah orang yang cakap atau tidak, apakah orang tersebut mudah diajak kerjasama atau tidak, paling tidak anda sudah mempunyai jurus-jurus tertentu untuk berhubungan dengannya, bagaimana cara memeprtahankan pendapat anda atau mengegolkan pendapat anda. Sebaliknya, untuk orang yang baru pertama kali bertemu, tidak ada satu informasi sedikitpun mengenai dia. Bahkan namanya saja anda belum tahu. Mungkin anda akan mencaba bertanya kesana-kesini mengenai orang tersebut, atau mencari biodata orang tersebut dari saluran resmi atau mendapatkan secara tidak resmi. Bahkan anda akan mencoba mencari-cari dari jejaring sosial. Tentu saja ini akan menjadi pekerjaan besar untuk bisa memastikan apakah nantinya dadapt bekerjasama dengan dia atau tidak. Tetapi pada tahap ini akan diakhiri dengan terumuskannya dengan jelas apa tugas dari kelompok tersebut dan menetapkan tatacara penyelesaiannya.
Selanjutnya, setiap anggota TIM akan mulai berjuang keras untuk mempertahankan dan berkompetisi untuk mengegolkan pendapatnya (STORMING). Ini adalah tahap transisi dimana akan terjadi tekanan yang sangat keras antara individu yang satu dengan yang lain. Hal yang mudah adalah kalo anda sudah mengenal bahwa orang-orang yang ada didalam tim tersebut adalah orang-orang yang benar-benar sudah anda kenal. Celakanya kalo orang-orang didalam kelompok tersebut belum pernah dikenal sebelumnya. Tahap ini, setiap orang mulai menyampaikan pendapatnya atas tugas yang diberikan dan tata cara penyelesaiannya. Dia akan menggunakan pola pikir, pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya untuk mempertahankan pendapatnya bahwa pendapatnyalah yang paling tepat. Ini akan menjadi perdebatan yang sangat keras. Bahkan sering dibumbui dengan ketidakpercayaan terhadap anggota kelompok yang lain yang memberikan pendapat yang berbeda. Semua keburukan dan latar belakang orang-orang yang berbeda pendapat diungkap semua dan dijadikan alat untuk menjatuhkannya, sehingga pendapat orang tersebut menjadi tidak pantas diajukan. Wajar saja bahwa pada tahap ini diakhiri dengan banyak hal yang sementara digantung saja tanpa kesimpulan yang jelas (pending). Dalam kondisi tekanan yang sangat tinggi ini biasanya pemimpin kelompok mencoba menenangkan anggota kelompoknya dengan menyampaikan bahwa perdebatan yang keras ini memang wajar terjadi pada sebuah kelompok yang baru dibentuk, jadi tidak usah terlalu dikhawatirkan bahwa kelompok ini tidak berhasil untuk memberikan hasil terbaiknya. Kemudian diskusi dihentikan (diskors) untuk beberapa saat atau bahkan ditunda pada hari lain untuk memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk menurunkan tekanan-tekanannya terlebih dulu (cooling down). Di beberapa organisasi, waktu jeda ini dimanfaatkan untuk melakukan pendekatan-pendekatan (lobi-lobi) dengan anggota kelompok yang berbeda pendapat.
Tahap selanjutnya masing-masing individu mulai menyadari dan menerima bahwa mereka harus bekerjasama, berdamai, dan menetapkan aturan main bagaimana mereka bisa bekerjasama (NORMING). Dalam tahap ini penekanan pada keselarasan hubungan antar anggota yang membentuk kelompok menjadi sebuah TIM. Bagi yang merasa kesulitan untuk bisa menyadari dan menerima perbedaan-perbedaan, dan sulit untuk berdamai, maka ada kemungkinan ia akan meninggalkan kelompok tersebut dengan berbagai alasan dan cara. namun demikian umumnya, orang-orang dalam kelompok mulai bisa berkomunikasi dengan bahasa yang sangat cair, mulai berempati dengan pendapat-pendapat orang lain yang berbeda, mencoba merasakan bagaimana kalo anda menjadi orang lain tersebut. Yang diperlukan kemudian adalah mereka mulai bekerjasama dan mencoba untuk menyamakan harapan-harapan dengan solusi yang bisa dicapai bersama.
Tahap terakhir, TIM sudah menyelesaiakan masalah kerjasama dan mengesahkan harapan-harapannya, dan menjalankan pekerjaan yang secara bersama-sama menjadi tanggungjawab mereka (PERFORMING). Dalam tahap ini, kelompok tersebut dapat mengerjakan lebih secara konser daripada gabungan dari hasil usaha masing-masing individu. Anda mulai menjadi bagian dari suatu kelompok. Anda akan mulai berani untuk mengatakan "KITA" daripada "SAYA". Anda akan sering mengatakan "KELOMPOK" untuk mewakili subyek dari penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan kemauan individu tidak lagi muncul dalam berbagai diskusi atau perumusan solusi.
Pada tahap inilah terbentuk sebuah TIM yang sangat mengandalkan "KERJASAMA TIM" ketimbang kerja individu secara bersama-sama.
Pada awalnya sebuah kelompok mulai mendefinisikan tugas dan menentukan bagaimana menyelesaikannya (FORMING). Dalam tahap ini setiap orang mulai mencari-cari bagaimana cara berhubungan satu sama lain. Bayangkan apabila anda adalah salah seorang anggota dari suatu kelompok. Anda akan mulai memperhatikan siapa saja orang-orang yang ada di kelompok tersebut. Apakah anda sudah sangat mengenalnya atau bahkan anda baru pertama kali bertemu dengan orang tersebut. Untuk yang anda sudah sangat mengenalnya, tentunya anda sudah mengetahui apakah orang tersebut adalah orang yang cakap atau tidak, apakah orang tersebut mudah diajak kerjasama atau tidak, paling tidak anda sudah mempunyai jurus-jurus tertentu untuk berhubungan dengannya, bagaimana cara memeprtahankan pendapat anda atau mengegolkan pendapat anda. Sebaliknya, untuk orang yang baru pertama kali bertemu, tidak ada satu informasi sedikitpun mengenai dia. Bahkan namanya saja anda belum tahu. Mungkin anda akan mencaba bertanya kesana-kesini mengenai orang tersebut, atau mencari biodata orang tersebut dari saluran resmi atau mendapatkan secara tidak resmi. Bahkan anda akan mencoba mencari-cari dari jejaring sosial. Tentu saja ini akan menjadi pekerjaan besar untuk bisa memastikan apakah nantinya dadapt bekerjasama dengan dia atau tidak. Tetapi pada tahap ini akan diakhiri dengan terumuskannya dengan jelas apa tugas dari kelompok tersebut dan menetapkan tatacara penyelesaiannya.
Selanjutnya, setiap anggota TIM akan mulai berjuang keras untuk mempertahankan dan berkompetisi untuk mengegolkan pendapatnya (STORMING). Ini adalah tahap transisi dimana akan terjadi tekanan yang sangat keras antara individu yang satu dengan yang lain. Hal yang mudah adalah kalo anda sudah mengenal bahwa orang-orang yang ada didalam tim tersebut adalah orang-orang yang benar-benar sudah anda kenal. Celakanya kalo orang-orang didalam kelompok tersebut belum pernah dikenal sebelumnya. Tahap ini, setiap orang mulai menyampaikan pendapatnya atas tugas yang diberikan dan tata cara penyelesaiannya. Dia akan menggunakan pola pikir, pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya untuk mempertahankan pendapatnya bahwa pendapatnyalah yang paling tepat. Ini akan menjadi perdebatan yang sangat keras. Bahkan sering dibumbui dengan ketidakpercayaan terhadap anggota kelompok yang lain yang memberikan pendapat yang berbeda. Semua keburukan dan latar belakang orang-orang yang berbeda pendapat diungkap semua dan dijadikan alat untuk menjatuhkannya, sehingga pendapat orang tersebut menjadi tidak pantas diajukan. Wajar saja bahwa pada tahap ini diakhiri dengan banyak hal yang sementara digantung saja tanpa kesimpulan yang jelas (pending). Dalam kondisi tekanan yang sangat tinggi ini biasanya pemimpin kelompok mencoba menenangkan anggota kelompoknya dengan menyampaikan bahwa perdebatan yang keras ini memang wajar terjadi pada sebuah kelompok yang baru dibentuk, jadi tidak usah terlalu dikhawatirkan bahwa kelompok ini tidak berhasil untuk memberikan hasil terbaiknya. Kemudian diskusi dihentikan (diskors) untuk beberapa saat atau bahkan ditunda pada hari lain untuk memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk menurunkan tekanan-tekanannya terlebih dulu (cooling down). Di beberapa organisasi, waktu jeda ini dimanfaatkan untuk melakukan pendekatan-pendekatan (lobi-lobi) dengan anggota kelompok yang berbeda pendapat.
Tahap selanjutnya masing-masing individu mulai menyadari dan menerima bahwa mereka harus bekerjasama, berdamai, dan menetapkan aturan main bagaimana mereka bisa bekerjasama (NORMING). Dalam tahap ini penekanan pada keselarasan hubungan antar anggota yang membentuk kelompok menjadi sebuah TIM. Bagi yang merasa kesulitan untuk bisa menyadari dan menerima perbedaan-perbedaan, dan sulit untuk berdamai, maka ada kemungkinan ia akan meninggalkan kelompok tersebut dengan berbagai alasan dan cara. namun demikian umumnya, orang-orang dalam kelompok mulai bisa berkomunikasi dengan bahasa yang sangat cair, mulai berempati dengan pendapat-pendapat orang lain yang berbeda, mencoba merasakan bagaimana kalo anda menjadi orang lain tersebut. Yang diperlukan kemudian adalah mereka mulai bekerjasama dan mencoba untuk menyamakan harapan-harapan dengan solusi yang bisa dicapai bersama.
Tahap terakhir, TIM sudah menyelesaiakan masalah kerjasama dan mengesahkan harapan-harapannya, dan menjalankan pekerjaan yang secara bersama-sama menjadi tanggungjawab mereka (PERFORMING). Dalam tahap ini, kelompok tersebut dapat mengerjakan lebih secara konser daripada gabungan dari hasil usaha masing-masing individu. Anda mulai menjadi bagian dari suatu kelompok. Anda akan mulai berani untuk mengatakan "KITA" daripada "SAYA". Anda akan sering mengatakan "KELOMPOK" untuk mewakili subyek dari penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan kemauan individu tidak lagi muncul dalam berbagai diskusi atau perumusan solusi.
Pada tahap inilah terbentuk sebuah TIM yang sangat mengandalkan "KERJASAMA TIM" ketimbang kerja individu secara bersama-sama.
Kata kunci: TEAMWORK, FORMING, STORMING, NORMING, PERFORMING
Tidak ada komentar:
Posting Komentar